Harga Tiket: -, Jam Operasional: 09.00-18.00 WIB, Alamat: Kuok, Kec. Bangkinang Barat, Kab. Kampar, Riau; Map: Cek Lokasi |
Menghabiskan waktu liburan tidak harus mengunjungi objek wisata alam atau permainan. Sesekali juga perlu mengunjungi objek wisata sejarah seperti Rumah Lontiok di Kampar, Riau. Rumah ini memiliki sejarah panjang mengenai nenek moyang bangsa Indonesia yang dikenal sebagai seorang pelaut.
Pengunjung yang datang kebanyakan dari kalangan keluarga atau mereka yang memang suka mengenal histori bangsa. Memang banyak manfaat berkunjung ke sini, salah satunya mengetahui siapa jati diri kita sebenarnya, khususnya warga Kampar. Selain itu, banyak hal unik yang dapat disaksikan dari arsitektur bangunan yang penuh filosofi.
Warga Kampar sepatutnya bangga dengan adanya Rumah Lontiok, karena pada tahun 2007 yang lalu telah resmi menjadi Rumah Adat daerah setempat. Meskipun saat ini jumlahnya tidak lagi bisa dikatakan banyak, setidaknya masih ada peninggalan sejarah dan bukti bahwa orang zaman dahulu memiliki kecerdasan dalam hal arsitektur.
Daya Tarik yang Dimiliki Rumah Lontiok
Memang bukan objek wisata yang menyajikan panorama alam indah, tidak pula ditemukan wahana permainan di sini. Tetapi faktanya tidak sedikit pengunjung yang datang ke lokasi, terutama di hari libur. Ini dikarenakan Rumah Lontiok memiliki berbagai daya tarik yang telah kami rangkum berikut!
1. Sejarah Panjang Nenek Moyang
Adanya rumah yang saat ini dijadikan sebuah objek wisata tidak lepas dari searah nenek moyang masa lalu. Dikatakan bahwa nenek moyang warga Kampar sebenarnya bukan berasal dari daerah yang saat ini dihuni. Entah dari mana asalnya, sebagian besar mereka bekerja sebagai nelayan dan menjadikan perahu sebagai tempat tinggalnya.
Atas dasar keinginan pergi ke darat, mereka pun pada akhirnya membuat bangunan rumah sebagai tempat tinggal. Dengan menyusuri panjang sungai Kampar, sampailah mereka ke daerah yang saat ini dikenal dengan Desa kuok. Di tepat itulah mereka membangun tempat tinggal yang lebih nyaman dan tidak terombang-ambing karena ombak.
Bahan dasar pembuatan rumah saat itu sepenuhnya dari kayu dan daun yang digunakan untuk bagian atapnya. Oleh sebab tidak ingin meninggalkan sepenuhnya pemandangan pada saat di laut, arsitektur bangunan kemudian dibuat mirip perahu. Rumah Lontiok sendiri memiliki arti rumah yang lentik karena kedua ujungnya berbentuk lancip.
2. Arsitektur Bangunan Unik
Rumah yang diperkirakan dibangun pada tahun 1870 memiliki ciri khas yang unik selain dari bentuk atapnya yang melentik di bagian kiri dan kanan. Contohnya adalah dinding di bagian kaki yang dibuat seperti lancang atau mirip perahu. Rumah ini tidak langsung menyentuh tanah karena ada balok kayu yang menopang.
Untuk bisa memasuki Rumah Lontiok harus menaiki tangga terlebih dahulu meskipun tidak terlalu tinggi. Bentuknya mirip rumah panggung dengan ketinggian kurang lebih 1 meter diatas permukaan tanah. Bukan tanpa alasan kenapa menggunakan arsitektur ini, salah satunya untuk menghindari serangan binatang buas.
Kala itu tentu masih minim penerangan dan masih berupa hutan lebat yang dipenuhi pepohonan liar sehingga rawan adanya binatang buas. Selain itu, fungsi lain dari ketinggian rumah adat ini yakni untuk menghindari banjir yang memang sering terjadi pada saat itu. Kolong di bawah rumah biasanya digunakan untuk menyimpan barang seperti perahu.
3. Bahan Pembuatan Rumah Lontiok
Demi menjaga kelestarian budaya dan mempertahankan nilai sejarah, tokoh pemuda Desa Kuok pernah membuat rumah yang serupa dengan bahan yang ditemukan saat ini. Namun dalam selang waktu beberapa tahun, rumah tersebut rusak dan tidak dapat digunakan lagi. Ini dikarenakan bahan yang digunakan tidak sama dengan yang dibangun dulu.
Bahan pembuatan Rumah Lontiok menggunakan kayu yang dikenal kuat dan mampu menopang rumah dan penghuninya dalam kurun ratusan tahun. Untuk rumah yang ada di Desa Kuok ini sendiri sudah berusia lebih dari 150 tahun dan masih kokoh berdiri. Jenis kayu yang digunakan diantaranya adalah kayu terembesi, kayu kulim, dan kayu punak.
Setiap jenis kayu digunakan untuk bagian rumah masing-masing sesuai fungsinya. Kayu punak digunakan untuk bagian lantainya, kayu kulim untuk tiang karena lebih padat dan kuat, sedangkan bagian jendela dan pintu terbuat dari kayu terembesi. Bahan pembuatan rumah adat juga dilengkapi dengan daun nipah, ijuk atau rumbia di bagian atapnya.
4. Memiliki Makna Filosofi
Bukan sembarang bangunan, setiap bagian rumah adat dan sekaligus rumah bersejarah ini memiliki makna filosofi. Sebut saja bagian tangga yang digunakan untuk memasuki rumah, jumlah anak tangganya hanya lima yang bermakna rukun islam. Bentuk tiang penyangga juga demikian, ada yang berbentuk segi enam yang menandakan rukun iman.
Pada umumnya, Rumah Lontiok memiliki tiga ruangan yang juga sarat akan nilai filosofi. Tiga ruangan tersebut disebut dengan Alam nan Tigo yang merupakan falsafah hidup masyarakat Kampar. Adapun makna dari ungkapan tersebut adalah Alam Berkawan, Alam Bersamak, dan Alam Semalu.
Alam Berkawan artinya hubungan antar sesama manusia, baik warga kampung maupun di sekitarnya. Alam Bersamak tidak lain adalah hubungan antara sesama anggota keluarga atau keturunan dari keluarga itu sendiri. Sedangkan untuk Alam Semalu merupakan hubungan dengan diri sendiri yang ditujukan kepada hal-hal privasi seperti rumah tangga.
Alamat dan Rute Menuju Lokasi
Rumah Lontiok berada di Desa Sipungguk, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar, Riau. Jarak dari Kecamatan Kuok dengan lokasi wisata cukup jauh, sekitar 25 kilometer dan dapat ditempuh dengan waktu 50 menit. Sebenarnya tidak terlalu jauh, tetapi banyak jalan berkelok sehingga perjalanan harus hati-hati.
Rute yang paling dekat adalah melalui Jalan Pasir Pengairan, namun jalanan di sini sepi karena termasuk area persawahan. Ada baiknya jika mengambil rute melewati jalan Bangkinang – Payakumbuh karena lebih ramai dan relatif aman. Dari jalan ini, tujuan berikutnya adalah ke Jalan Lintas Petapahan dan ikuti jalur utama hingga tiba di lokasi.
Saat ini, Rumah Lontiok hanya tersisa 5 buah dari banyaknya rumah yang dulu dibangun. Dari kelima rumah tersebut, hanya ada 3 yang kondisinya masih bagus dan terawat. Itu artinya untuk 2 rumah kondisinya memprihatinkan. Sedangkan yang dijadikan objek wisata hanya dua rumah, satunya lagi digunakan sebagai homestay.
Berkunjung ke sini tidak dibebankan biaya tiket masuk, hanya saja dipersilahkan memberikan sumbangan secara sukarela. Demi menjaga benda peninggalan sejarah dan ikut serta melestarikan budaya, sebaiknya anda menyumbang seikhlasnya. Apalagi banyak hal yang dilakukan di sini, memberikan banyak sumbangan pun tidak rugi.
Aktivitas yang Menarik Dilakukan di Rumah Lontiok
Sebagian wisatawan pada umumnya berpikiran mengenai aktivitas apa yang dapat dilakukan di Rumah Lontiok. Mengingat hanya bangunan rumah, biasanya mereka berpikir dua kali sebelum berkunjung. Padahal jika diamati lebih lanjut, banyak aktivitas yang dapat dilakukan di sini.
1. Berkeliling Rumah Lontiok
Rumah ini memiliki ukuran rata-rata 9 x 6 meter, cukup luas tentunya untuk berkeliling di dalamnya. Beberapa perabot masih ditemukan seperti aslinya, diantaranya adalah kursi dan meja. Oleh sebab sebagai rumah hunian, tentu bangunan di dalamnya tidak jauh berbeda dengan saat ini. Hanya saja semuanya masih terkesan tradisional dan sederhana.
2. Melihat Keunikan Arsitektur Bangunan
Tidak hanya berkeliling saja, keunikan arsitektur bangunan Rumah Lontiok tentu sayang jika hanya dilewatkan begitu saja. Di bagian dinding terdapat ukiran yang cukup unik dan memiliki makna filosofi. Desain secara keseluruhan juga tidak kalah menarik untuk dipelajari atau direnungkan. Pasalnya, melihat arsitektur bangunan rumah ini semakin memperkuat bahwa nenek moyang kita adalah sosok yang cerdas.
3. Menginap Seolah Sebagai Pemiliknya
Satu dari tiga rumah yang kondisinya masih terawat dijadikan tempat penginapan. Jika belum puas menyaksikan keunikan dan mempelajari semua makna filosofinya, tidak ada masalah tentunya jika anda menginap. Apalagi warga sekitar lokasi dikenal ramah, bercanda sambil menanyakan hal-hal yang berkaitan mungkin dapat dilakukan selama menginap.
4. Jalan-jalan di Desa Sipungguk
Aktivitas yang cocok berikutnya selama mengunjungi Rumah Lontiok adalah berkeliling Desa Sipungguk. Desa ini tergolong masih asri dan banyak pohon perdu menghiasi. Jalan-jalan di pagi atau sore hari sepertinya menarik jika masih memiliki waktu setelah puas mengunjungi rumah adat bersejarah ini.
5. Mengabadikan Momen
Ada yang menatakan bahwa arsitektur bangunan rumah tua ini merupakan perpaduan antara Minangkabau dengan Kampar. Jika dilihat dari desain nya memang demikian, dan anggapan tersebut tidak sepenuhnya salah. Apapun anggapannya, yang jelas sangat rugi jika berkunjung ke sini tanpa mengabadikan momen, baik dengan foto maupun video.
Fasilitas yang Tersedia di Kawasan Wisata
Sayangnya, keunikan dan nilai sejarah panjang yang dimiliki Rumah Lontiok tidak didukung dengan adanya fasilitas yang memadai. Hanya ada parkir luas untuk fasilitas yang dianggap baik dan layak digunakan. Toilet sebenarnya ada, namun kondisinya memprihatinkan dengan bangunan semi permanen. Hampir tidak ditemukan fasilitas lain di sini, kecuali mushola yang ada di pemukiman warga.
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai salah satu objek wisata sejarah di Kampar. Adanya Rumah Lontiok diharapkan memberikan kesadaran bagi kita akan pentingnya menjaga dan melestarikan warisan budaya. Dengan kondisi fasilitas yang kurang memadai, warga setempat berharap mendapatkan bantuan dari pemerintah supaya ke depan menjadi objek wisata yang layak dikunjungi.