Suku Kajang Ammatoa dikenal karena tetap memegang teguh kearifan lokal dan hukum adatnya. Mereka menjalani kehidupan tanpa memanfaatkan fasilitas modern seperti listrik, perangkat komunikasi canggih, peralatan rumah tangga modern, bahkan tanpa mengikuti pendidikan formal di sekolah.
Seperti yang diketahui bahwa Indonesia memiliki banyak sekali suku dan budaya. Bahkan hingga saat ini, masih ada beberapa suku yang tetap mempertahankan budaya leluhurnya. Seperti salah satunya yaitu Suku Kajang Ammatoa yang berada di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Jika ingin menemukannya maka perlu melakukan perjalanan sekitar 200 km dari kota Makassar.
Keunikan dari suku ini yaitu Anda tidak akan menemukan berbagai perabotan modern, listrik, jalanan aspal, sekolah dan juga alat komunikasi modern. Kelompok tersebut tinggal di 2 wilayah yaitu Kajang dalam atau Ilalang Embayya dan Kajang Luar atau Ipantarang Embayya. Terdapat banyak cerita mistis yang berkembang tentang suku Indonesia satu ini
Fakta Menarik Seputar Suku Kajang Ammatoa
1. Budaya Ritual Doti
Dilihat dari perkembangannya, diketahui bahwa masyarakat yang berada di Kajang Luar terbilang masih sedikit lebih modern dibandingkan dengan masyarakat yang ada di Kajang Dalam. Salah satu hal mistis yang bisa diketahui dari kawasan yang ada di Sulawesi Selatan ini yaitu berkaitan dengan ritual Doti. Ritual ini dianggap sangat mengerikan bagi masyarakat luas.
Dari segi maknanya, praktik ritual Doti umumnya dilakukan dengan tujuan merugikan atau bahkan mengancam nyawa seseorang. Dalam proses ritualnya, dilakukan dengan menggunakan sarana dan juga benda pusaka tertentu dengan runtutan kegiatan khusus. Jenis amalan yang dilakukan untuk menguasai Doti ini dilakukan dengan melantunkan mantra mantra tertentu.
Jika Anda bertanya dengan masyarakat yang ada di Sulawesi Selatan tentunya sudah tidak asing dengan Doti ini. Bahkan faktanya, masyarakat Suku Kajang ini merupakan sekumpulan orang yang ditakuti dan juga disegani karena ilmu hitam yang dikuasainya. Ketika Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang Doti ini maka bisa mengunjungi kawasan sekitaran suku ini.
Berdasarkan ceritanya, konon siapa saja yang terkenal Doti ini akan mengalami gangguan ingatan secara permanen dan disertai dengan rasa sakit begitu hebat. Dari segala penderitaan yang dialami tersebut, ujungnya selalu mengarah pada kematian. Penting untuk dicatat bahwa Doti tidak terbatas pada satu individu saja, melainkan dapat diarahkan kepada beberapa orang sekaligus. Satu keluarga bisa menerima dampak dari Doti yang dikirimkan.
Meskipun Anda berusaha memeriksakan kondisi seseorang yang diduga terkena doti, maka tidak akan sembuh dan tidak bisa diobati. Bahkan dokter juga tidak bisa mendeteksi penyakit apa yang dialami oleh pasien karena berdasarkan ilmu medis, pasien dalam kondisi tubuh yang sehat. Bagaimana cara membedakan masyarakat suku Kajang Ammatoa ini?
2. Karakteristik Suku Kajang
Ciri khas yang bisa diketahui dari masyarakat suku Kajang ini yaitu menggunakan pakaian berwarna serba hitam dan tidak pernah menggunakan alas kaki. Bagi suku Kajang, warna hitam merupakan suatu warna simbol sakral serta diartikan sebagai wujud dari kesetaraan bagi seluruh masyarakat atau hal lainnya dan juga kesederhanaan.
Selain itu, warna hitam ini juga bisa diartikan sebagai lambang kekuasaan dan kesamaan dalam bentuk fisik, respon terhadap kondisi lingkungan dan juga menjaga kelestarian hutan sebagai sumber kehidupan. Sekilas mungkin Anda akan bisa mendapatkan sisi positif yang dimiliki oleh suku ini. Segala hal yang dilakukan selalu didasarkan pada kesetaraan dan kesederhanaan.
3. Memegang Ajaran Pasang ri Kajang
Dalam menjalankan aktivitas dna kegiatan harian, masyarakat Kajang ini selalu memegang prinsip ajaran Pasang ri Kajang yang bisa diartikan sebagai ajaran yang dianggap efektif terutama dalam hal menjaga kelestarian hutan. Kemudian untuk jenis bahasa yang digunakan yaitu Bahasa Makassar dengan menggunakan dialek Konjo.
Salah satu hal yang perlu diingat bahwa masyarakat suku Kajang Ammatoa ini selalu memegang semboyan Kamase Mase atau yang bisa diartikan sebagai kesederhanaan. Ketika Anda mendatangi kawasan suku di Sulawesi Selatan ini maka jangan terkejut jika tidak bisa menemukan listrik. Bahkan sebagian besar rumah yang ada disini juga masih terbuat dari bambu atau kayu.
Suku ini melarang masyarakatnya untuk membuat rumah dengan menggunakan batu bata karena mereka berpendapat bahwa hanya orang mati saja yang tempat tinggalnya dikelilingi tanah. Jika ada yang memiliki rumah dengan menggunakan batu mata maka meskipun pemiliknya masih hidup namun dianggap sudah mati karena dikelilingi oleh tanah.
4. Kawasan Wisata Budaya yang Jarang Dikunjungi
Berdasarkan apa yang dijelaskan diatas maka Anda bisa mengetahui bahwa suku ini sangat unik, sederhana dan masih alami karena sangat menjaga kelestarian hutannya. Perlu diakui bahwa sebenarnya kawasan ini merupakan salah satu destinasi wisata budaya favorit bagi banyak orang. Hanya saja, pengunjung jarang ada yang berani mengunjunginya karena takut dengan doti.
Padahal, perlu diketahui bahwa tidak semua masyarakat Suku Kajang ini menguasai ilmu Doti. Ilmu tersebut hanya bisa dikuasai dengan orang orang tertentu dan bukan orang sembarangan. Sebenarnya masyarakat Kajang sangat antusias apabila ada wisatawan yang datang. dan untuk menghormati peraturan setempat, akan lebih baik jika wisatawan datang dengan menggunakan pakaian hitam.
5. Ammatoa: Sebutan Bagi Pimpinan Tertinggi Suku Kajang
Nama Ammatoa yang ditemukan di suku ini merupakan suatu istilah untuk menjelaskan tentang pemimpin adat tertinggi. Pemimpin tersebut dianggap sebagai seseorang yang mulia dan memiliki kekuasaan. Dalam hal ini, tidak semua orang dan bukan orang sembarangan yang bisa menjadi Ammatoa di suku Kajang Sulawesi Selatan.
Keyakinan dalam masyarakat Suku Kajang Ammatoa menyatakan bahwa pemimpin mereka turun dari langit dan dikenal sebagai To Manurung. Individu ini dianggap sebagai sosok pertama yang mendarat di wilayah Tanatowa. Jika diartikan secara harfiah, Ammatoa berarti Ayah yang Sudah Lanjut Usia dan memiliki pengetahuan luas sehingga bisa membuat keputusan tepat ketika terjadi suatu masalah.
Fungsi dari keberadaan Ammatoa di suku ini yaitu sebagai penjaga serta pelindung masyarakat adat termasuk Borong Karamaka yang diketahui sebagai hutan keramat. Ammatoa juga ditugaskan menjadi penghubung spiritual kepada tuhan dan sebagai orang yang menegakkan hukum sesuai ajaran adat atau Pasang ri Kajang.
6. Semua Rumah Menghadap Barat
Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa masyarakat kajang memiliki rumah dengan berbahan kayu atau bambu bernama Balla to Kajang. Rumah ini berbentuk rumah panggung yang mirip dengan suku Makassar dan Bugis. Kemudian untuk pola rumahnya disebut Ilalang Embaya untuk rumah Kajang Dalam yang ada di tengah kebun keluarga.
Arah dari rumah masyarakat suku Kajang ini semua membelakangi Hutan Keramat atau Borong Karama’. Dengan kata lain maka bisa dikatakan bahwa rumah masyarakat suku Kajang ini menghadap ke Barat atau arah Gunung Bawakaraeng. Semua rumah tertata dengan rapi dan berjajar lurus mulai dari selatan hingga utara.
Keunikan dari rumah masyarakatnya yaitu semua bentuknya sama dengan bagian dapur berada di depan rumah. Bentuk rumah ini didasarkan dengan prinsip ajaran Pasang ri Kajang yang selalu mengajarkan tentang kesederhanaan. Itulah mengapa semua bentuk rumah memiliki pola yang sama untuk bisa menggambarkan kesederhanaan dan kesetaraan.
Suku Kajang Ammatoa ini telah menjadi salah satu kawasan wisata budaya yang bisa dikunjungi oleh wisatawan. Masyarakat bahkan sangat senang apabila ada pengunjung yang datang dan ingin melihat keunikan suku Kajang. Apakah Anda masih takut dengan Suku ini? Tenang saja, jika Anda tidak membuat kerusuhan maka pastinya tidak akan terkena Doti.