Mengungkap sisi lain Kairo melalui Manshiyat Naser, daerah yang dijuluki sebagai ‘Kota Sampah’, yang merupakan tempat ketahanan dan realita sosial bertemu.
Map: Cek Lokasi Alamat: Al Abageyah, Manshiyat Naser, Kairo 4421341, Mesir. |
Meskipun Kairo, Mesir, terkenal akan keindahan dan sejarahnya, Manshiyat Naser menawarkan cerita yang berbeda. Kota ini mungkin sepopuler Kairo, namun bukan karena kemegahan arsitekturnya atau situs sejarahnya.
Sebaliknya, Manshiyat Naser mendapatkan perhatiannya karena jumlah sampah yang luar biasa banyak, hingga hampir mendominasi seluruh wilayahnya.
Fenomena ini membuat beberapa orang menyebutnya sebagai “kota sampah”, dianggap sebagai salah satu tempat terkotor di dunia.
Namun, ironisnya, ketenaran tersebut malah menarik perhatian banyak orang dari seluruh dunia untuk mengunjunginya. Rasa ingin tahu yang besar mendorong mereka untuk melihat langsung kondisi unik dari “kota sampah” ini.
Mengenal Tentang Manshiyat Naser
Ketika mendengar tentang Mesir, pikiran Anda mungkin langsung melayang ke pesona dan keagungan Kota Kairo. Apalagi, piramida-piramidanya yang unik dan megah menjadikannya tujuan wisata yang populer.
Namun, Kairo bukan hanya tentang piramidanya; kota ini juga memegang peranan penting dalam sejarah peradaban dunia, khususnya dalam pengembangan agama Islam.
Apalagi di kota Kairo terdapat Masjid Al Azhar yang bersejarah, yang awalnya adalah sebuah masjid sebelum bertransformasi menjadi universitas. Universitas ini telah mendidik banyak mahasiswa, termasuk dari Indonesia.
Namun, Mesir menawarkan lebih dari sekadar Kairo atau piramidanya. Ada sisi lain yang mungkin mengejutkan Anda, yaitu Mashiyat Nasar, sebuah kawasan yang kotor, kumuh, dan miskin, yang terletak tidak jauh dari Kairo.
Kawasan ini bahkan dijuluki sebagai ‘sampah Kairo’ oleh dunia internasional karena kondisinya yang penuh dengan tumpukan sampah. Terletak di lereng bukit Moqattam, Mashiyat Nasar masih termasuk dalam wilayah Kairo.
Ironisnya, penduduk lokal, yang dikenal dengan julukan Zabaleen atau ‘orang-orang sampah’, sebagian besar adalah pemulung yang bergantung pada pengumpulan sampah sebagai sumber penghidupan.
Dengan populasi sekitar 60 ribu jiwa, kota Manshiyat Naser ini dipenuhi dengan sampah, mulai dari jalanan hingga atap rumah-rumah penduduk. Bahkan, beberapa fasilitas publik seperti restoran, pasar, dan area bermain pun tidak luput dari keberadaan sampah.
Tumpukan Sampah yang Berasal dari Kairo
Mungkin Anda bertanya-tanya, dari mana asal muasal banyaknya sampah yang membanjiri kota tersebut. Ternyata, sampah itu tidak sepenuhnya berasal dari kota itu sendiri, melainkan sebagian besar datang dari Kairo.
Meski Kairo dikenal dengan kemegahannya, kota ini ternyata kekurangan sistem pengelolaan sampah yang memadai. Akibatnya, penduduk kota sampah ini mengambil inisiatif untuk mengumpulkan sampah dan membawanya kembali ke Manshiyat Naser.
Kegiatan pengumpulan sampah ini telah menjadi bagian dari kehidupan mereka selama lebih dari 70 tahun, menyebabkan tumpukan sampah yang menumpuk. Selain itu, para pemulung ini bersedia mengumpulkan sampah dari rumah ke rumah dengan imbalan yang sangat kecil.
Meskipun kota ini dilengkapi dengan apartemen dan berbagai toko, sayangnya, mereka tidak terawat dengan baik oleh warganya.
Hal ini tidak jarang berujung pada saluran air yang tersumbat dan air yang tidak bisa mengalir dengan baik, seringkali menyebabkan pemadaman listrik.
Sampah Memenuhi Berbagai Tempat
Kota Manshiyat Naser, yang memiliki luas sekitar 5,54 km^2, memang pantas mendapat julukan sebagai kota sampah. Di mana-mana, Anda bisa menemukan sampah yang menumpuk di berbagai sudut kota.
Yang mengejutkan, hampir setiap tempat, mulai dari pemukiman, area bermain, hingga kios-kios kecil, tampaknya tidak terlepas dari keberadaan sampah.
Namun, bagi kebanyakan penduduk setempat, keadaan ini telah menjadi pemandangan yang biasa, dan mereka dapat melanjutkan aktivitas sehari-hari mereka tanpa merasa terganggu oleh sampah yang berserakan atau menumpuk di mana-mana.
Meski demikian, banyak dari mereka mungkin tetap tinggal di sana karena terbiasa dengan kondisi tersebut yang sudah berlangsung selama puluhan tahun.
Bagi orang yang tidak terbiasa, kondisi ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, mulai dari rasa mual hingga muntah.
Tidak heran, kualitas lingkungan di Kota Manshiyat Naser sangatlah buruk dan dapat menjadi sumber berbagai penyakit. Warganya tidak hanya harus hidup berdampingan dengan sampah, tetapi juga menghadapi berbagai masalah infrastruktur lainnya.
Proses Pemilahan Limbah Sampah yang Ada Disana
Di masa yang akan datang, limbah sampah dari Kota Kairo akan diangkut menggunakan gerobak kuda atau truk, sebuah praktek yang memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk mengatasi masalah sampah.
Sampah yang tiba di Manshiyat Naser akan langsung disortir oleh para penduduk setempat sesuai dengan kriteria tertentu yang mereka tetapkan.
Proses penyortiran ini bukan hanya pekerjaan bagi para pria; wanita dan anak-anak pun turut serta dalam kegiatan ini, menunjukkan upaya komunal dalam mengelola limbah.
Proses penyortiran sampah ini bertujuan untuk memilah antara sampah yang masih layak dijual dan yang tidak, sebuah langkah penting untuk menjaga roda perekonomian berputar.
Setelah proses pemilahan selesai, sampah yang telah disortir akan dikirimkan ke pabrik untuk dijual atau didaur ulang, tergantung pada jenis dan kondisinya.
Khusus untuk para wanita yang telah menerima pelatihan, mereka memiliki tanggung jawab tersendiri dalam proses ini. Mereka akan mengubah sampah yang masih layak pakai menjadi berbagai macam perhiasan dan aksesoris, sebuah inisiatif daur ulang yang kreatif.
Upaya ini tidak hanya membantu mengurangi volume sampah tetapi juga memberi nilai tambah ekonomi dari material yang sebelumnya dianggap tidak berguna.
Meskipun citra awal dari Manshiyat Naser ini mungkin terkesan kotor dan menjijikkan, upaya komunitas ini dalam mengelola sampah dan menciptakan nilai dari limbah telah menarik perhatian banyak orang, termasuk mereka yang tertarik dengan pengalaman wisata yang tidak biasa.
Ketertarikan ini menunjukkan bahwa di balik kondisi yang tampak suram, terdapat upaya dan inovasi yang dapat menginspirasi serta menawarkan pelajaran penting tentang pengelolaan limbah dan daur ulang.
Fakta Menarik Tentang Kota Ini
Sulit untuk mengabaikan kontras yang mencolok antara kondisi di Kota Manshiyat Naser dengan keglamoran dan kemewahan Kairo.
Namun, di balik kekumuhannya, Manshiyat Naser memegang peranan vital bagi Kota Kairo, khususnya dalam upaya menjaga kebersihannya melalui aktivitas pengepul sampah. Untuk menggali lebih dalam tentang kota ini, mari kita telusuri beberapa fakta menarik berikut diantaranya:
Sejarah Penduduk sebagai Peternak
Sebelum pengepul sampah menjadi mata pencarian utama, warga Manshiyat Naser sebenarnya adalah peternak yang menggantungkan hidup pada ternak seperti ayam, kambing, dan babi.
Namun, krisis ekonomi yang melanda mengubah segalanya, memaksa mereka untuk beralih profesi menjadi pemulung sampah sebagai cara bertahan hidup.
Keahlian Daur Ulang yang Luar Biasa
Manshiyat Naser juga dikenal sebagai kota dengan kemampuan daur ulang yang profesional, dengan hasil yang mengesankan. Proses pemungutan biasanya dilakukan oleh para pria, yang mengumpulkan sampah dari rumah ke rumah atau langsung dari Kairo.
Sementara itu, para wanita berkontribusi dengan mendaur ulang sampah menjadi barang-barang yang memiliki nilai jual. Meskipun tanpa menggunakan teknologi canggih, mereka berhasil mendaur ulang sampah hingga mencapai sekitar 20 persen.
Rencana Penutupan yang Tidak Terwujud
Meski memiliki kontribusi signifikan dalam menjaga kebersihan Kairo, sempat ada usaha dari pemerintah untuk menutup lokasi ini.
Upaya penutupan, termasuk permintaan kepada perusahaan tertentu untuk mengambil alih tugas pemulungan, namun hingga saat ini belum membuahkan hasil.
Manshiyat Naser, dengan julukan kota sampah, merupakan bagian dari Mesir yang menarik perhatian global bukan hanya karena kondisinya yang penuh dengan sampah, tapi juga karena ketahanan, kreativitas, dan peran pentingnya dalam sistem ekologi sosial dan ekonomi Kairo.
Kota ini, dengan segala permasalahan dan potensinya, menjadi simbol penting dari dinamika sosial ekonomi yang lebih luas, mengingatkan kita bahwa Mesir bukan hanya tentang kemegahan Kairo, melainkan juga tentang realitas yang dihadapi oleh komunitas di Manshiyat Naser.