Dilema yang dihadapi etnis Rohingya, sebuah komunitas yang sering dianggap tanpa negara dan tanpa perlindungan hukum.
Sejak kabar tentang imigran etnis Rohingya terdampar di Pantai Ujong Pie mulai terdengar oleh masyarakat Indonesia, hal ini membuat orang-orang semakin penasaran dengan etnis Rohingya, benarkah tidak punya negara? Pasalnya, sebagian orang tidak percaya.
Sebab, sebagian orang mengira Rohingya benar-benar tidak memiliki negara dan membuatnya harus terdampar di beberapa negara tertentu, dan salah satunya adalah Indonesia. Namun, sebenarnya mereka memiliki sejarah tersendiri yang harus diketahui oleh banyak orang.
Sejarah inilah yang nantinya bisa menjawab etnis Rohingya sebenarnya punya negara atau tidak. Untuk mengetahuinya secara lengkap, Anda bisa menyimak penjelasan terkait sejarah dan konflik etnis di sini!
Etnis Rohingya, Benarkah Tidak Punya Negara?
Sampai saat ini masih ada sebagian orang yang tidak terlalu tahu tentang apa itu etnis Rohingya. Pada dasarnya, Rohingya merupakan komunitas muslim yang berada di wilayah Arakan, Myanmar Barat dan berbatasan langsung dengan negara Bangladesh.
Maka dari itu, sampai saat ini masih ada banyak warga Rohingya yang lebih memilih untuk mengungsi ke Bangladesh. Lalu, apakah sejak awal Rohingya tidak memiliki negara? Simak sejarah lengkapnya berikut ini:
Awal Mula Kemunculan Rohingya
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, Rohingya merupakan komunitas muslim yang mendiami wilayah Arakan pada abad ke-14. Pada saat itu, Kerajaan Mrauk U dipimpin oleh Narameikhla atau lebih dikenal dengan nama Min Saw Mun yang merupakan Raja Buddhis.
Tidak lama setelah mendapat takhta tertinggi di kerajaan tersebut, Narameikhla memutuskan untuk mengucapkan syahadat dan berganti nama menjadi Suleiman Shah. Sejak saat itu, Suleiman Shah mulai membawa warga Bengali dan membentuk komunitas muslim di sana.
Kemudian, pada tahun 1420 kekuasaan Arakan yang disebut-sebut sebagai Kerajaan Islam ini semakin berkembang hingga 350 tahun lamanya. Sayangnya, pada tahun 1784 Kerajaan Arakan diambil alih oleh Raja Myanmar yang membuat populasi Islam semakin berkurang.
Etnis Rohingya Mulai Menghadapi Berbagai Konflik
Konflik yang menimpa etnis Rohingya mulai terlihat sejak Raja Myanmar mengambil alih Kerajaan Arakan di tahun 1784. Bukan hanya konflik biasa saja yang harus dihadapi oleh warga Rohingya, tapi bentuk diskriminasi yang serius juga harus dihadapi.
Ada banyak warga Rohingya yang menjadi korban kekerasan, pemerkosaan, penganiayaan, hingga berbagai bentuk kejahatan lainnya. Hal inilah yang akhirnya membuat populasi Islam di Arakan semakin berkurang dan berganti menjadi etnis Rakhine.
Jadi, kaum Rohingya mulai kehilangan negaranya sendiri sejak Myanmar merdeka pada tahun 1948, karena terjadi perseteruan antara warga Rohingya dengan pemerintah. Mulai saat itu, warga Myanmar menolak warga Rohingya untuk menjadi salah satu bagian dari negaranya.
Alasan Rohingya Melarikan Diri dari Negaranya
Ada berbagai alasan yang membuat warga Rohingya akhirnya memutuskan untuk melarikan diri dari negaranya. Salah satu alasan terbesar adalah karena perlakuan buruk yang diterimanya dan tidak kunjung berhenti.
Tidak hanya kekerasan saja yang sering dialami, tapi ada juga beberapa wanita Rohingya yang menjadi korban pemerkosaan dari oknum-oknum tidak bertanggung jawab. Selain itu, masih ada beberapa alasan lainnya yang membuatnya melarikan diri, yaitu:
Kurangnya sumber makanan. Karena warga Myanmar sudah tidak menganggap Rohingya sebagai salah satu dari bagiannya, hal ini membuat etnis ini tidak bisa mengakses sumber makanan secara lebih leluasa.
Pembantaian yang tidak pernah berhenti. Untuk menghapus kaum Rohingya dari negaranya, ada banyak pasukan keamanan di Myanmar yang melakukan pembantaian besar-besaran, sehingga warga Rohingya mau tidak mau harus mengungsi di negara lain.
Untuk melindungi diri dan bertahan hidup. Jika warga Rohingya tidak melarikan diri dari negaranya, maka mereka akan meninggal secara perlahan. Sebab, kaum Rohingya sudah tidak dianggap sebagai warga yang harus dilindungi oleh pemerintah Myanmar.
Pemberontakan dan “Operasi Pembersihan”
Serangan gerilyawan Rohingya terhadap pos polisi di perbatasan pada Oktober menyebabkan kematian sembilan penjaga perbatasan, memicu respons keras dari tentara Myanmar dengan “operasi pembersihan” yang dikritik sebagai kebrutalan terorganisasi terhadap warga desa Rohingya oleh kelompok hak asasi manusia.
Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), kelompok pemberontak, memperkuat serangannya dengan rekrutmen baru, menyebabkan serangan balasan yang lebih intens pada 25 Agustus.
Pemerintah Myanmar melaporkan sekitar 400 kematian, kebanyakan diidentifikasi sebagai “teroris”, sementara pengungsi Rohingya menuding pasukan keamanan melakukan pembunuhan massal dan pembakaran desa.
Banyak Rohingya dan pendukungnya melihat tindakan keras ini sebagai bagian dari rencana pembersihan etnis, bahkan genosida.
Negara Tujuan Rohingya, Tidak Hanya Indonesia
Orang-orang mungkin mengira Indonesia merupakan tujuan utama dari etnis Rohingya, karena di sini ada begitu banyak kaum muslim yang dapat membantunya. Namun, sebenarnya masih ada beberapa negara lainnya yang menjadi negara tujuan mereka.
Mulai dari Bangladesh, Malaysia, Thailand, hingga beberapa negara lainnya menjadi tempat tujuan warga Rohingya untuk mengungsi. Jumlah pengungsi Rohingya terbanyak ada di Bangladesh, tapi sekarang jumlah pengungsi ini juga semakin berkurang.
Sebab, selama hidup di Bangladesh etnis Rohingya merasa tidak mendapat perlakuan yang baik dari warga di sekitar. Hal ini membuat mereka mengalami kekurangan sumber makanan lagi dan tidak bisa bekerja untuk menyambung hidup.
Penyelesaian Masalah dan Harapan bagi Etnis Rohingya
Tidak hanya mendapat perhatian banyak di Indonesia saja, tapi permasalahan etnis Rohingya ini menjadi tekanan internasional yang harus diperhatikan oleh negara lainnya. Untuk menciptakan solusi yang adil dibutuhkan upaya nyata dari pemerintah Myanmar.
Bukan hanya Myanmar, tapi upaya nyata dari negara-negara tetangga serta komunitas internasional juga sangat dibutuhkan. Hal ini dipercaya dapat mengakhiri diskriminasi yang diterima oleh kaum Rohingya.
Selain itu, solusi yang adil ini juga dapat membuat etnis Rohingya mendapat kewarganegaraan yang sangat mereka butuhkan. Jadi, keamanan dan perlindungan bagi etnis ini bisa mulai terbentuk secara jelas.
Lantas etnis Rohingya, benarkah tidak punya negara? Awalnya mereka memiliki negara yang sangat mendukung kehidupannya, tapi hal ini tidak bertahan lama karena Myanmar mulai menolak keberadaan etnis Rohingya di negaranya tersebut.