Bencana paling aneh di Dunia yang tercatat dalam sejarah. Bumi telah menyuguhkan rentetan kejadian bencana yang tidak hanya mengerikan tapi juga membingungkan.
Bencana alam adalah peristiwa tragis yang disebabkan oleh faktor alam dan lingkungan, sering kali mengakibatkan kehilangan nyawa dan kerusakan materi. Terkadang, bencana muncul tanpa peringatan dan telah terjadi sepanjang sejarah di berbagai belahan dunia.
Meskipun banyak bencana umum seperti gempa bumi, banjir, dan badai, ada juga kejadian luar biasa seperti hantaman meteor dan ledakan misterius di Siberia. Beberapa di antaranya dianggap sebagai bencana alam paling aneh di dunia yang pernah tercatat dalam sejarah.
Inilah Rentetan Bencana Paling Aneh di Dunia
1. Tahun tanpa Musim Panas
Pada bulan April 1815, terjadi letusan besar Gunung Tambora di Indonesia, yang tercatat sebagai salah satu letusan paling dahsyat dalam sejarah. Letusan tersebut tidak hanya menewaskan banyak orang di Asia Tenggara tetapi juga menyemburkan debu vulkanik besar ke atmosfer.
Dampak dari letusan tersebut merambah ke seluruh dunia. Di India, dampak perubahan cuaca mempengaruhi Teluk Benggala, mengakibatkan munculnya varian kolera yang menewaskan jutaan. Eropa mengalami musim dingin yang berkepanjangan, hujan terus menerus, kelaparan, dan kerusuhan di banyak tempat.
Sementara di Amerika Serikat, beberapa negara bagian mengalami salju tebal bahkan di bulan Juni, yang berdampak pada kegagalan panen dan krisis ekonomi. Orang-orang di New England menyebut 1816 sebagai Eighteen-hundred-and-froze-to-death, namun lebih populer disebut sebagai “Tahun tanpa Musim Panas”.
Dampak lain dari peristiwa ini termasuk penemuan sepeda oleh Karl Drais di Jerman, dikaitkan dengan mahalnya harga pakan kuda di Eropa. Di Swiss, cuaca buruk pada tahun 1816 membuat Mary Shelley terkurung di rumah, yang menginspirasinya menulis novel terkenal “Frankenstein”.
2. Banjir Molase (Great Molasses Flood) di Boston tahun 1919
Berdasarkan informasi dari Encyclopedia Britannica, sebuah kejadian tragis terjadi di Boston pada 15 Januari 1919, ketika tangki penyimpanan besar meledak, menyebabkan banjir molase.
Tangki tersebut awalnya digunakan untuk menyimpan molase yang sedang difermentasi, yang nantinya akan diolah menjadi alkohol industri untuk keperluan produksi amunisi dan peralatan militer lainnya selama Perang Dunia I.
Banjir molase yang terjadi menciptakan gelombang setinggi antara 5 hingga 12 meter dan selebar sekitar 50 meter, bergerak secepat 55 kilometer per jam. Ditambah dengan kondisi musim dingin saat itu, molase dengan cepat membeku, menjerat dan membahayakan banyak orang yang berada di rute gelombang tersebut.
3. Peristiwa Carrington tahun 1859
Badai matahari terjadi ketika energi magnetik pada permukaan matahari meledak dan memancarkan radiasi, serta partikel bermuatan. Ledakan ini memiliki kekuatan setara dengan jutaan bom hidrogen, dan efeknya dapat sangat mempengaruhi atmosfer bumi.
Antara akhir Agustus dan awal September 1859, Bumi mengalami serangan badai matahari terkuat yang pernah tercatat. Dikenal sebagai ‘Carrington Event’, berdasar dari nama astronom Inggris, Richard Carrington, kejadian ini menyebabkan langit bercahaya dengan aurora berbagai warna yang tampak sampai ke Hawaii.
Di Colorado, malam menjadi sangat terang, bahkan laporan menyebutkan bahwa seseorang bisa membaca dengan jelas di tengah malam. Meski pemandangannya memukau, dampak geomagnetiknya menghancurkan jaringan telegraf. Sejumlah mesin telegraf memancarkan percikan api yang menyebabkan kebakaran dan melukai operatornya.
Muatan listrik di atmosfer sangat tinggi hingga beberapa operator telegraf bisa mengirim pesan meskipun baterainya telah dicabut. ‘Badai Matahari Tahun 1859’ berlangsung beberapa hari. Jika peristiwa serupa terjadi hari ini, diperkirakan akan merusak sistem telekomunikasi dan menimbulkan kerugian hingga triliunan dolar.
4. Banjir beracun di Hungaria Tahun 2010
Pada tanggal 4 Oktober 2010, sebuah dinding penahan di pabrik alumina Ajkai Timföldgyar di Ajkai, Hungaria runtuh. Dinding tersebut berfungsi untuk menahan reservoir besar yang berisi lumpur kaustik berwarna merah.
Sebanyak kurang lebih 1 juta meter kubik zat berbahaya mengalir keluar, merambah ke bawah bukit dan menghancurkan beberapa desa di daerah lembah Sungai Marcal di Hungaria.
Akibat kejadian tersebut, paling tidak 10 jiwa melayang dan lebih dari 120 orang mengalami luka-luka akibat kontak dengan lumpur yang dapat menyebabkan luka bakar pada kulit dan iritasi pada mata.
Lumpur tersebut merupakan limbah dari proses pemurnian bauksit. Aliran lumpur ini mengenai sungai di sekitarnya, menyebabkan kematian banyak flora dan fauna di area tersebut.
5. ‘Tahun Belalang’ pada 1874
Wabah belalang yang merusak pertanian memang sering terjadi di akhir abad ke-19 di Amerika. Namun, peristiwa di Great Plains pada musim panas 1874 menandai salah satu yang paling dahsyat.
Di musim semi kering tersebut, kondisi lingkungan di Pegunungan Rocky menciptakan kesempatan ideal bagi belalang untuk melakukan peneluran massal. Saat telur-telur itu menetas, mereka menyerbu sejumlah wilayah termasuk Nebraska, Kansas, Dakota, Iowa, dan beberapa daerah lainnya.
Berbagai laporan saksi mata menggambarkan bahwa belalang-belalang itu datang dalam kelompok besar yang menyerupai awan tebal, mampu menutupi sinar matahari selama berjam-jam. Setelah mendarat, mereka dengan rakus memakan segala sesuatu yang ada di sekitarnya, termasuk tanaman di ladang, vegetasi lokal, dan bahkan pakaian yang dikenakan oleh penduduk setempat. Kejadian ini menciptakan dampak serius pada lingkungan dan kehidupan sehari-hari masyarakat setempat.
Penduduk mencoba membunuh belalang dengan cara membakar atau menggunakan bubuk mesiu, namun upaya tersebut sia-sia mengingat banyaknya belalang. Sebagai hasilnya, panen bernilai jutaan dolar mengalami kerugian yang signifikan dalam kejadian yang dikenal sebagai ‘Tahun Belalang.’
Wabah ini terus berlanjut selama beberapa tahun, akhirnya berakhir pada awal abad ke-20 karena perubahan lingkungan menyebabkan kepunahan belalang Pegunungan Rocky. Akibatnya, dampak ekonomi dari hilangnya panen ini terasa selama beberapa periode setelahnya.
6. The Dust Veil tahun 536
Pada tengah abad ke-6, debu dan pasir mendadak menutupi hampir seluruh permukaan planet, mengurangi intensitas cahaya matahari dan mengakibatkan penurunan suhu selama beberapa tahun.
Sejarawan Bizantium, Procopius, mencatat pada tahun 536, “Suatu fenomena menakjubkan terjadi. Meskipun matahari bersinar, cahayanya redup, seolah-olah terjadi gerhana, dengan kilauannya yang kurang cerah.”
Penurunan suhu yang disebabkan oleh badai matahari ini memicu kekeringan, kegagalan panen, dan kelaparan di berbagai wilayah. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kondisi tersebut mungkin berperan dalam munculnya wabah pes pertama di Eropa.
Walau dampaknya sangat mendalam, penyebab fenomena pendinginan di dekade 530-an tersebut masih menjadi misteri. Beberapa berpendapat bahwa letusan gunung api besar mungkin telah mengirim debu ke atmosfer, sehingga menghalangi sinar matahari.
Hasil analisis inti es dari Greenland dan Antartika menunjukkan tingkat konsentrasi ion sulfat yang tinggi, umumnya berasal dari aktivitas letusan gunung berapi. Terdapat bukti yang mengindikasikan kemungkinan terjadinya letusan besar di El Salvador pada dekade yang sama.
Namun, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa bumi mungkin hampir bertabrakan atau benar-benar bertabrakan dengan komet. Contohnya, pada tahun 530, Komet Halley mendekati bumi, dan terdapat potensi bahwa pecahan komet tersebut dapat menyimpang dan menabrak bumi, menyebabkan terbentuknya awan debu yang besar.
7. Kejadian Tunguska tahun 1908
Pada tanggal 30 Juni 1908, sorotan cahaya terang menerangi langit Siberia sebelum meledak di atas Sungai Tunguska Podkamennaya. Kekuatan ledakannya mencapai antara 5 hingga 10 megaton TNT – banyak kali lipat lebih kuat dibandingkan dengan ledakan bom nuklir di Hiroshima.
Akibat ledakan tersebut, hamparan hutan seluas 500.000 hektar hancur. Meskipun tidak ada korban jiwa, dampak dari ledakan ini dirasakan hingga ke penjuru dunia. Instrumen-atmosfer dan seismik sampai ke Inggris pun terpengaruh. Beberapa malam sesudahnya, langit begitu cerah sehingga penduduk di Asia mampu membaca koran di luar rumah saat tengah malam.
Banyak yang meyakini bahwa ledakan tersebut disebabkan oleh tabrakan dengan meteor. Namun, saat tim peneliti Rusia mengunjungi lokasi pada tahun 1927, mereka tidak menemukan adanya kawah tabrakan.
Meski demikian, sebagian besar ilmuwan tetap berpendapat bahwa “Insiden Tunguska” disebabkan oleh objek luar angkasa yang jatuh. Ada dugaan bahwa yang jatuh adalah komet es yang segera menguap saat bersentuhan dengan atmosfer, sehingga tidak meninggalkan bekas.
Beberapa saksi mata mengatakan mendengar suara yang mirip dengan batu jatuh dari angkasa setelah ledakan pertama. Analisis terhadap sisa-sisa tumbuhan di daerah Tunguska menunjukkan kandungan nikel, besi, dan elemen lain yang umumnya ditemukan di lokasi tabrakan meteor.
8. Kabut Dahsyat di tahun 1952
Tidak semua bencana berasal dari faktor alam. Pada bulan Desember 1952, terjadi pencemaran udara yang diinduksi oleh aktivitas manusia, menghasilkan kabut asap tebal yang melanda selama empat hari. Insiden ini dimulai dari suatu sistem tekanan tinggi yang menciptakan kondisi stagnan yang tidak biasa.
Sebaliknya, daripada tersebar di atmosfer seperti biasanya, asap dari pembakaran batu bara dan emisi pabrik justru terkumpul di atas kota dan tidak menghilang. Kabut tebal tersebut mengurangi visibilitas hingga hampir nol di beberapa area.
Binatang ternak mulai tumbang akibat gangguan pernapasan di lahan-lahan. Warga London mengalami dampak serius dari penyakit bronchitis, pneumonia, dan masalah pernapasan lainnya. Banyak anak-anak dan orang tua telah kehilangan nyawa karena komplikasi paru-paru yang disebabkan oleh inflamasi. Jumlah kematian mencapai sekitar 4.000 orang sebelum kondisi membaik setelah hembusan angin berhasil membersihkan kabut tersebut.
Sebagai respons, Pemerintah Inggris mengenalkan ‘Clean Air Act’ pada tahun 1956, yang menyediakan subsidi untuk mendorong penggunaan bahan bakar yang lebih bersahabat dengan lingkungan dan mengimplementasikan larangan terhadap emisi asap hitam dari batu bara di beberapa area tertentu.
Itulah beberapa bencana paling aneh di Dunia yang perlu Anda ketahui. Dari langit yang tiba-tiba menjadi terang di tengah malam, kabut mematikan di tengah kota, hingga hujan binatang, kejadian-kejadian ini tidak hanya mengejutkan tapi juga mengajarkan kita betapa tidak terduganya kekuatan alam.