Map: Cek Lokasi Alamat: Cikahuripan, Kec. Lembang, Kab. Bandung Barat, Jawa Barat. |
Tidak bisa dipungkiri bahwa Indonesia punya banyak sekali wisata alam dengan pemandangan cantik. Di balik alamnya yang begitu memesona, deretan objek wisata tersebut punya legenda yang hidup di tengah masyarakat. Salah satunya yaitu Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat.
Keberadaan gunung setinggi 2.084 meter tersebut dikaitkan dengan legenda Sangkuriang. Saat duduk di bangku sekolah, anda mungkin sering mendengar legenda ini selama pelajaran bahasa Indonesia. Bahkan tidak jarang kelas drama juga menampilkannya. Yuk intip cerita singkat Sangkuriang yang menjadi asal usul Gunung Tangkuban Perahu.
1. Awal Cerita Sangkuriang
Menurut legendanya, ayah dan ibu Sangkuriang merupakan titisan dewa. Kisah ini berawal dari tindakan mengerikan sepasang dewa dan dewi yang melanggar aturan di alam surgawi, Svarga Loka. Mengetahui hal ini, Batari Sunan Ambu yang merupakan dewi tertinggi di kahyangan kemudian mengusir kedua dewa dewi tersebut ke bumi.
Sebagai bentuk hukuman, mereka dikutuk menjadi hewan dan mereka diusir dari langit dan diturunkan ke bumi. Sang dewa dikutuk menjadi seorang anjing yang diberi nama dengan Tumang, sementara sang dewi diubah menjadi babi hutan yang dikenal dengan Celeng Wayungyang.
Celeng Wayungyang yang merupakan jelmaan dari seorang dewi berhasil hamil karena tidak sengaja meminum air seni yang mengandung sedikit sperma raja. Itu karena suatu ketika ada seorang raja Sunda yang pergi ke gunung. Kebiasaan sang raja yang kerap buang air kecil di tengah semak belukat mengakibatkan air seninya terkumpul dalam sebuah cangkang kelapa.
Ajaibnya, Celeng Wayungyang konon melahirkan anak hanya beberapa jam kemudian dan berwujud bayi manusia. Raja yang masih berada di hutan menemukan bayi tersebut menangis di antara semak-semak, kemudian membawanya kembali ke istana karena kasihan.
Tanpa mengetahui bahwa bayi yang ditemukan adalah anaknya sendiri, sang raja membesarkan bayi tersebut layaknya putri kandung dan memberinya nama Dayang Sumbi. Dayang sumbi pun tumbuh menjadi seorang gadis cantik yang pintar menenun, membuatnya banyak dipinang oleh pria dari kalangan bangsawan.
2. Pertemuan Dayang Sumbi dan Tumang
Pada saat yang sama, Dayang Sumbi menghabiskan sebagian besar waktunya di istana, menghasilkan kain-kain yang indah. Ada paviliun yang sengaja dibuat tinggi di taman sebagai tempat khusus menenun bagi Dayang Sumbi. Pada suatu hari, ketika sedang sibuk menenun, gulungan benang miliknya secara tidak sengaja terjatuh keluar dari istana.
Karena gulungan benang tersebut terjatuh di luar istana, Dayang Sumbi tidak dapat mengambilnya sendiri. Ketika itu, seorang bangsawan dilarang dengan tegas meninggalkan istana, bahkan lebih-lebih lagi dengan cara berjalan kaki. Sehingga Dayang Sumbi pun mengucap sumpah tanpa berpikir panjang, barang siapa yang berhasil menemukan gulungan benangnya akan diberikan sebuah imbalan.
Apabila yang menemukannya perempuan, maka Dayang Sumbi akan menganggapnya sebagai saudara perempuannya sendiri. Dan apabila yang menemukan adalah laki-laki, maka ia bersumpah akan menikahinya. Tidak lama setelah Dayang Sumbi mengucapkan sumpah tersebut, seekor anjing datang menghampirinya dengan gulungan benang.
Anjing itu ternyata Tumang, dan Dayang Sumbi yang sudah terlanjur bersumpah pun menepati janjinya untuk menikah dengan Tumang. Sang raja yang mengetahui pelanggaran ini marah dan membuang Dayang Sumbi ke hutan sebagai hukuman. Namun rakyat yang menyayangi Dayang Sumbi membangunkan sebuah pondok di tengah hutan untuknya karena merasa kasihan.
Di pondok itulah kemudian Dayang Sumbi dan Tumang tinggal bersama. Dayang Sumbi pun mulai menyadari bahwa Tumang bukan anjing biasa, karena ia bisa berubah bentuk menjadi dewa yang tampan setiap bulan purnama. Hingga kemudian Dayang Sumbi dan Tumang hidup bersama di dalam huta dan pada akhirnya dikaruniai seorang anak lelaki yang diberi nama Sangkuriang.
3. Sangkuriang Pergi dari Rumah
Selama 10 tahun hidup di hutan bersama sang ibu, Sangkuriang tumbuh menjadi seorang anak lelaki yang perkasa. Namun ia tidak mengetahui bahwa anjing bernama Tumang yang sering menemani berburu merupakan ayahnya sendiri. Suatu hari, Dayang Sumbi meminta Sangkuriang untuk pergi berburu mencari hati rusa, dan ia pun berangkat ke hutan dengan Tumang yang menemaninya.
Berangkatlah Sangkuriang menuju ke hutan untuk berburu yang didampingi oleh Tumang. Sudah lama mengitari hutan, tidak ada satupun hewan buruan yang diperoleh Sangkuriang. Tiba-tiba munculah seekor babi hutan yang melintas, dan itulah Celeng Wayungyang. Sangkuriang berusaha mengejar celeng tersebut namun dihentikan oleh Tumang karena tahu siapa sosok Celeng Wayungyang sebenarnya.
Sangkuriang yang kesal karena tidak mendapat buruannya kemudian memanah Tumang hingga mati. Hati Tumang dibawanya pulang untuk sang ibu sebagai pengganti hati rusa yang diminta. Karena tidak melihat Tumang ikut pulang bersama, Dayang Sumbi bertanya pada Sangkuriang.
Sangkuriang dengan jujur berkata bahwa hati yang ia bawah adalah punya Tumang. Reaksi yang muncul dari Dayang Sumbi adalah kemarahan yang begitu mendalam. Pada saat itu, ia dengan tegas memukul kepala Sangkuriang menggunakan centong nasi, tanpa memberi ampun, meninggalkan luka yang cukup parah di kepalanya. Karena kejadian ini, Sangkuriang pergi dari rumah lantaran berpikir sang ibu sudah membencinya.
Di lain sisi, Dayang Sumbi yang sudah merasa tenang merasa menyesal dan mencari anaknya. Namun hasilnya nihil, jejak sang putra tidak ditemukan oleh Dayang Sumbi. Sejak saat itu, iapun bersumpan untuk tidak akan pernah memakan daging lagi.
4. Pertemuan Kembali Dayang Sumbi dan Sangkuriang
Sangkuriang yang pergi dari rumah mengalami hilang ingatan dan ia pun tidak pernah kembali. Setelah dibesarkan oleh seorang pertapa bijak yang mahir dalam seni bela diri, Sangkuriang berkembang menjadi seorang pemuda yang memikat dan penuh kekuatan. Ia tidak hanya memperoleh keterampilan bela diri, tetapi juga memiliki hasrat untuk membantu warga desa melawan para pengacau.
Suatu hari, saat ia sedang melakukan perjalanan, takdir membawanya untuk bertemu lagi dengan Dayang Sumbi secara tidak terduga. Meskipun sudah lewat bertahun-tahun, kecantikan Dayang Sumbi tidak pernah luntur. Sangkuriang yang hilang ingatan menjadi terpesona akan kecantikan Dayang Sumbi, tanpa mengetahui bahwa itu ibunya sendiri.
Awalnya Dayang Sumbi juga tidak mengetahui bahwa Sangkuriang adalah anaknya sendiri, apalagi Sangkuriang sudah berganti nama menjadi Jaka. Melihat sosok lelaki gagah nan sakti dihadapannya, Dayang Sumbi pun mau diajak untuk merencanakan pernikahan oleh Jaka.
5. Awal Terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu
Sehari sebelum pernikahan, Dayang Sumbi membantu Jaka yang hendak berburu ke hutan untuk mengenakan penutup kepala. Sehingga Daya Sumbi dapat melihat bekas lupa di atas kepala calon suaminya tersebut. Betapa terkejutnya ia melihat luka di atas kepala Jaka, ia pun sangat yakin bahwa Jaka adalah Sangkuriang.
Dayang Sumbi segera menceritakannya kepada Jaka bahwa ia adalah Sangkuriang, anaknya. Namun Sangkuriang tidak mau percaya dengan cerita tersebut dan tetap ingin menikahi Dayang Sumbi. Namun, untuk menghentikan pernikahan mereka, Dayang Sumbi memberikan syarat yang sulit kepada Sangkuriang.
Syarat yang diberikan adalah Sangkuriang harus membuat sebuah perahu dan membentuk sebuah telaga dengan menahan aliran Sungai Citarum dalam satu malam. Sangkuriang, yang telah menjelma menjadi pemuda yang memiliki kekuatan luar biasa, dengan tegas menerima tantangan ini. Dayang Sumbi berdoa kepada Sang Hyang Tunggal supaya usaha Sangkuriang gagal.
Iapun juga menyuruh warga sekitar untuk memukulkan palu ke lesung untuk menciptakan suasana fajar telah terbit. Karena itu, makhluk halus yang membantu Sangkuriang langsung pergi dan membuat Sangkuriang gagal memenuhi syarat dari Dayang Sumbi. Dalam kemarahannya karena usahanya yang sia-sia, Sangkuriang dengan gesit menendang perahu yang telah ia ciptakan ke arah utara.
Akibat tindakannya itu, perahu itu terbalik dan berubah menjadi Gunung Tangkuban Perahu, menciptakan pemandangan alam yang luar biasa yang dikenal oleh banyak orang hingga saat ini. Masih tidak terima, Sangkuriang berusaha mengejar Dayang Sumbi. Namun Sang Hyang Tunggal telah mengubah Dayang Sumbi menjadi setangkai bunga jaksi sebagai jawaban atas doanya. Di lain sisi, Sangkuriang menjadi gila dan berakhir berakhir menghilang ke alam gaib karena putus asa mencari Dayang Sumbi.
Pernahkah anda mendengar cerita legenda Sangkuriang tersebut ? Cerita yang melegenda dari Jawa Barat ini diyakini menjadi asal muasal terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu. Terlepas dari legendanya, Gunung Tangkuban Perahu sendiri menjadi wisata yang populer saat ini. Keindahan alamnya yang luar biasa berhasil menggaet wisatawan dari berbagai daerah.