Harga Tiket: Rp 10.000, Jam Operasional: 08.00-17.00 WITA, Alamat: Jl. Gatot Subroto No.5b, Banjar Anyar, Kec. Kediri, Kab. Tabanan, Bali; Map: Cek Lokasi |
Museum Subak tergolong salah satu museum yang unik di Tabanan karena tidak sama seperti halnya museum pada umumnya. Museum ini menyimpan berbagai alat pertanian tradisional yang jarang ditemui di tempat lain. Kata Tabanan sendiri digunakan karena lokasinya berada di Tabanan, yakni salah satu kabupaten yang ada di Bali.
Sedangkan untuk kata Subak adalah sebuah organisasi yang ada di Bali. Organisasi ini dibuat untuk mengatur sistem irigasi untuk mengairi persawahan yang ada di Bali, khususnya dari jenis padi. Jadi ketika disebutkan kata Subak, maka yang terlintas di warga Bali tidak jauh dari hal-hal yang berhubungan dengan pertanian.
Pengunjung yang datang ke museum ini memang tidak begitu banyak setiap harinya. Hanya di hari-hari tertentu saja akan dipadati pengunjung. Pada umumnya, pengunjung yang datang dari instansi sekolah yang sedang mengadakan study tour, itu pun dari siswa TK, SD, dan sebagian SMP. Tetapi bukan berarti hanya dikhususkan bagi instansi, warga umum juga dapat berkunjung ke sini.
Sejarah Museum Subak
Semua hal yang berhubungan tempat pasti ada sejarahnya, begitu juga dengan Museum Subak Tabanan. Adanya museum ini tidak lepas dari peran serang tokoh yang bernama I Gusti adalah salah satu tokoh masyarakat yang memprakarsai dibangunnya museum yang Ketut Keler. Beliau saat ini dapat dikunjungi wisatawan.
Usulan tersebut dilontarkan pada 17 Agustus 1975, tujuannya untuk menjaga warisan budaya bangsa. Setelah berselang 6 tahun, tepatnya tahun 1981, museum ini diresmikan oleh Prof. Ida Bagus Mantra yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Bali. Alasan dibalik alat pertanian dijadikan museum yakni karena teknologi yang digunakan cukup unik.
Jauh berbeda dengan teknologi modern saat ini, Museum Subak menganut konsep Tri Hita Karana. Ajaran ini mengutamakan keseimbangan untuk mendapatkan kebahagiaan, yakni antara Tuhan, manusia, dan alam. Apalagi alat dan metode pertanian yang ada di sini merupakan peninggalan abad ke 11 yang perlu dijaga dan dilestarikan.
Saat ini, museum yang menjadi objek wisata edukasi di Bali ini resmi menjadi warisan budaya yang tak ternilai harganya. Pemerintah Bali berharap akan petani yang menggunakan kembali alat dan metode pertanian tersebut. Ini dikarenakan sedikit teknologi pertanian modern yang tidak sesuai dengan konsep Tri Hita Karana.
Bagi warga Bali yang kebanyakan beragama Hindu berpendapat bahwa metode pertanian harus sesuai dengan prinsip Asta Bumi dan asta kosala kosali. Pada umumnya, aturan ini digunakan untuk penataan ruang bagi umat Hindu, baik ruangan bagian dalam maupun bagian luar seperti persawahan.
Tujuan lain Museum Subak selain untuk melestarikan warisan budaya yakni untuk memberikan sumbangsih akan pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang dimaksud tentunya dalam hal pertanian tradisional. Dengan datangnya pengunjung dari berbagai instansi sekolah, maka dapa dikatakan bahwa museum ini telah berhasil mencapai tujuannya.
Koleksi Museum Subak
Dikatakan sebuah museum karena di dalamnya terdapat benda yang memiliki sejarah panjang. Beberapa benda dikatakan antik karena saat ini tidak lagi ditemui. Semua benda dapat dijadikan sebagai sarana edukasi, paling tidak untuk menambah pengetahuan. Ada dua ruangan yang dapat ditemukan di Museum Subak Tabanan dengan koleksi benda tersendiri.
Pertama adalah ruangan tertutup yang memamerkan objek mengenai kehidupan petani. Pameran ini dikemas dalam bentuk visual sehingga memberi daya tarik bagi wisatawan. Ada juga video yang menceritakan mengenai manajemen irigasi yang ada di Kabupaten Subak. Di ruangan tertutup ini juga terdapat kantor, perpustakaan, dan pusat informasi.
Kedua adalah ruangan terbuka yang biasnya menjadi tujuan utama wisatawan. Ruangan inilah yang memamerkan koleksi benda Museum Subak. Pengunjung dapat melihat langsung bagaimana sistem irigasi yang digunakan saat itu melali miniatur yang mirip dengan aslinya. Miniatur ini bahkan dilengkapi dengan terowongan sebagai jalannya air kolam menuju persawahan.
Masih di ruangan terbuka, pengunjung bisa melihat keunikan dari rumah tradisional zaman dulu. Dikatakan unik karena rumah ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Utama Mandala, Madya Mandala, dan Nista Mandala. Benda lain yang dapat disaksikan di ruangan ini diantaranya adalah sabit, penumbuk padi, dan peralatan tradisional lainnya.
Alamat dan Rute Menuju Lokasi
Bukan tanpa alasan kenapa Tabanan dijadikan lokasi berdirinya Museum Subak. Kabupaten ini memiliki luas lahan persawahan paling besar di Pulau Dewata. Sebagian besar berupa padi, karena itulah sebutan Lumbung Beras Pulau Bali didapatkan. Lokasinya yang strategis membuat pengunjung tidak kesulitan mencarinya, posisinya berada di jalan utama.
Selain itu, objek wisata edukasi ini juga dekat dengan tempat wisata lainnya. Alamat lengkapnya berada di Desa Sanggulan, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali. Dari pusat Denpasar berjarak kurang lebih 22 kilometer, butuh waktu setidaknya 50 menit menggunakan kendaraan pribadi dengan kecepatan rata-rata.
Untuk rute dari Denpasar, silahkan ambil arah ke Jalan Ahmad Yani Utara. Kemudian melewati, Jalan Raya Darmasaba, Jalan Carik Aban, dan Jalan Cempaka. Arahkan kendaraan menuju ke Polres Badung, lalu ke Jalan Raya Denpasar Glimanuk. Setelah menemukan Patung Sukarno Putra Sang Fajar, arahkan kendaraan ke kanan dan ikuti rambu petunjuk.
Harga Tiket Masuk Wisata Museum
Memasuki Museum Subak untuk melihat berbagai koleksi benda dan video bersejarah tentunya tidak gratis. Tiket dibedakan menjadi dua macam, yakni untuk anak-anak dan dewasa. Pengunjung dewasa diwajibkan membeli tiket sebesar 10.000 rupiah, sedangkan anak-anak hanya 5.000 rupiah.
Untuk hari kedatangan tidak ada perbedaan, karena museum di Bali ini hanya dibuka mulai Senin hingga Sabtu. Jam operasionalnya pun sama, yakni dibuka mulai pukul 08.00 dan ditutup pada pukul 17.00 WITA. Khusus untuk hari Jumat, tempat wisata ini ditutup pada pukul 13.00 dengan jam buka yang sama.
Aktivitas yang Menarik Dilakukan di Museum Subak
Mengunjungi Museum Subak di Tabanan berarti anda harus siap mengosongkan memori untuk mendapatkan ingatan yang baru. Berbagai koleksi benda di sini mungkin banyak yang belum pernah anda lihat. Dalam hal aktivitas, belajar sejarah merupakan hal pertama yang wajib dilakukan, selengkapnya silahkan simak penjelasan berikut!
1. Keliling Museum Subak
Kurang lengkap rasanya jika berkunjung ke sini tanpa berkeliling semua sudut lokasi. Keliling yang dimaksud pastinya untuk melihat koleksi benda yang dimiliki. Untuk mengenali nama-nama benda yang ada sepertinya tidak sulit, karena ada penjelasan dari setiap benda yang dipajang. Jika perlu, siapkan kamera HP untuk berjaga-jaga ada benda yang menarik diabadikan.
2. Belajar Sejarah
Perbedaan bangsa Indonesia dengan bangsa lain yang ada di dunia yakni kaya akan sejarah dan budaya. Salah satunya dapat anda temukan di Museum Subak Tabanan, yang memiliki sejarah panjang mengenai teknologi pertanian. Bagaimana perkembangan teknologi dari waktu ke waktu dan faktor apa saja yang mempengaruhi tentu menarik untuk dipelajari.
3. Memahami Konsep Hidup Warga Bali
Warga Bali yang sebagian besar beragama Hindu tidak pernah hidup egois. Selain mendapatkan keuntungan untuk diri sendiri, mereka pun memikirkan faktor lain yang ada di sekitarnya. Prinsip hidup Tri Hita Karana sepertinya cocok dipelajari bagi yang masih awam. Ini hanya satu saja, masih banyak konsep lain yang perlu anda ketahui.
Fasilitas yang Tersedia di Kawasan Wisata
Museum Subak cukup lengkap karena dikelola baik secara profesional. Untuk fasilitas umum dan sifatnya wajib adalah tempat parkir. Selain itu, ada toilet untuk tempat buang air atau keperluan yang berhubungan dengan air. Fasilitas yang tergolong modern yaitu adanya audio visual sebagai media pembelajaran di dalam ruangan.
Mengunjungi sebuah tempat wisata edukasi memang berbeda dengan objek wisata dari kategori lainnya. Kali ini tidak terlalu seru dalam hal aktivitasnya, namun dijamin mendapatkan wawasan yang lebih luas dan bahkan belum anda ketahui sebelumnya. Contohnya di Museum Subak Tabanan, edukasi yang didapat adalah teknologi pertanian tradisional.