Candi Gunung Gangsir adalah sebuah candi Hindu yang terletak di Pasuruan, Jawa Timur, yang dibangun pada abad ke-14, bagian dari peninggalan kerajaan Majapahit.
Harga Tiket: Gratis, Jam Operasional: 08.00-16.00 WIB, Alamat: Jl. Dusun Prayan Jl. Kebun Candi, Gununggangsir, Gn. Gangsir, Kec. Beji, Pasuruan, Jawa Timur; Map: Cek Lokasi |
Candi Gunung Gangsir merupakan salah satu wisata sejarah yang ada di pulau jawa. Candi ini diberi nama ‘Gunung’ karena memiliki bangunan yang dulunya dikelilingi oleh sebuah gunung.
Sedangkan kata “Gangsir” berasal dari kejadian yang mana terdapat seseorang yang menggali lubang atau menggangsir tanah untuk mencuri segala macam benda berharga yang ada di dalam candi.
Hal tersebutlah yang menjadi asal mula munculnya nama Gunung Gangsir pada candi ini. Candi memiliki bentuk yang cukup unik, dengan memiliki desain arsitektur yang khas dari Pasuruan, Jawa Timur, tapi seperti tercampur dengan ornamen-ornamen khas Jawa Tengah.
Sekarang ini candi tersebut tampak kokoh dan megah, meskipun dulunya sempat hancur dan banyak bagian-bagian yang telah dicuri pada masa penjajahan jepang. Penasaran dengan sejarahnya? Yuk intip.
Sejarah Candi Gunung Gangsir
HI Domis pada tahun 1830 melaporkan adanya candi di Gunung Gangsir, yang kemudian dikunjungi oleh seorang juru gambar yang dikenal dengan HN Sieburgh. Juru gambar tersebut yang berhasil mengabadikan momen dengan melukis keadaan candi pada masa itu.
Sejak saat itu JLA Brandes mengaguminya dan ikut mengunjungi wisata bersejarah satu ini. Brandes ini yang kemudian menemukan adanya missing link pada konsep bangunan yang memiliki seni tersendiri dari campuran Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Adanya Candi Gunung Gangsir di Pasuruan ini pasti akan menarik sejarawan dan para peneliti lainnya yang tidak ingin ketinggalan dengan keunikan bentuk candi ini. Peneliti-peneliti ini mulai berdatangan sejak tahun 1907-2001, seperti H Parmentier, N. J. Krom, Maclaine Pont, J Dumarcay, hingga Marijke J klokke.
Diperkirakan candi ini dibangun pada abad X Masehi, yaitu pada masa pemerintahan Mpu Sindok hingga Raja Airlangga. Tentunya ini mengundang berbagai argumen, hingga Parmentier dan Dumarcay yang memiliki perbedaan pendapat dan mengakui candi ini di bangun pada masa kerajaan majapahit.
Berbagai macam pendapat tentunya tidak memiliki titik terang yang jelas hingga sekarang. Pada 2004-2013 akhirnya Candi Gunung Gangsir ini mengalami pemugaran dengan sembilan tahap, yang kemudian pada tahun 2016 candi ini akhirnya ditetapkan sebagai salah satu warisan cagar budaya tingkat provinsi.
➥ Tur Sehari Bromo Sunrise, Air Terjun Coban & Candi Jago
Struktur Bangunan Pada Candi
Candi Gunung Gangsir Pasuruan dibangun dengan batu bata, yang memiliki tinggi hingga 4 lantai. Terdapat dua lantai paling dasar yang disebut sebagai badan utama sekaligus atap candi sebenarnya.
Berbentuk segi empat, candi ini diperkirakan memiliki tinggi hingga 15 meter, dengan ukuran sebesar 15 x 15 m2. Ruangan-ruangan yang ada di dalam candi juga cukup luas dan dapat menampung kurang lebih 50 orang.
Terdapat pintu masuk sekitar 5 meter pada permukaan tanah, dengan posisi di sebelah barat. Untuk menuju pintu ini terdapat tangga yang menjorok cukup jauh dan lebar. Terdapat juga sebuah relung yang digunakan untuk meletakkan sebuah arca.
Atap pada Candi Gunung Gangsir ini berbentuk seperti puncak gunung, dengan ujung tumpul dan berbentuk melengkung. Pada samping kiri dan kanan tangga, terdapat pahatan-pahatan wadah dengan suluran dan seorang perempuan.
➥ Periksa Tiket Taman Safari Indonesia 2, Pasuruan
Pemanfaatan Candi Gunung Gangsir
1. Penghormatan Nyi Sri Gati
Menurut masyarakat setempat, Candi Gunung Gangsir di Pasuruan dibangun sebagai bentuk penghormatan pada mbok Rondo Derma atau janda murah hati.
Julukan tersebut adalah julukan dari Nyi Sri Gati, seorang janda yang memiliki kebaikan dan kerendahan hati dengan membangun adanya pertanian.
Tokoh tersebut sangat melegenda dengan membantu masyarakat yang kekurangan pangan dan hanya memakan sejenis rerumputan. Nyi Sri Gati mengajak para masyarakat untuk berdoa untuk mengatasi krisis pangan tersebut.
Saat berdoa, banyak burung-burung gelatik yang melewati Nyi Sri Gati dan para masyarakat di daerah tersebut. Burung tersebut membawa padi yang kemudian ditanam oleh salah satu tokoh legenda tersebut.
Padi-padi ini dipanen setelah beberapa bulan dan dijadikan sebagai nasi yang dapat menjadi makanan pokok masyarakat. Tokoh legenda ini lah yang mengajarkan cara bercocok tanam kepada masyarakat, dan membuat masyarakat bersyukur atas kedatangan Nyi Sri Gati.
2. Warisan Cagar Budaya
Salah satu wisata bersejarah ini kerap kali dijadikan sebagai tempat acara-acara kesenian jawa, mulai dari wayang, ludruk, dan masih banyak lagi.
Sebagai warisan cagar budaya, berbagai acara yang dilaksanakan tetap mempertimbangkan regulasi-regulasi tempat, mulai dari keamanan hingga ketertiban agar Candi Gunung Gangsir ini tetap terjaga dan terlindungi.
Alamat dan Akses Menuju Candi
Candi ini terletak di desa Gunung Gangsir, kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Sebuah candi yang diberi nama Gunung Gangsir ini terletak jauh sekitar 18 km dari kota Pasuruan.
Menurut warga sekitar, candi ini sebenarnya bernama candi keboncandi. Tapi setelah dipertimbangkan karena lokasinya jura berada di Gunung Gangsir, maka disebutlah Candi Gunung Gangsir Pasuruan ini.
Akses menuju tempat ini jika dari kota pasuruan memerlukan waktu lama dan dapat menggunakan angkutan umum. Saat sampai di Beji, kalian juga bisa menggunakan ojek yang tarifnya cukup murah.
Jika kalian berkendara dari arah surabaya, kalian membutuhkan waktu sekitar 1 jam menuju tempat ini, dengan jarak 40 km.
Candi Gunung Gangsir sangat cocok untuk tempat wisata bersejarah untukmu? Candi ini cukup terkenal dan tidak perlu diragukan lagi keindahannya. Meskipun tidak sebagus tahun-tahun sebelumnya, candi ini tetap tampil gagah dan masih terlihat cantik.
Sayangnya, sejarah pembangunan candi ini tidak memiliki sumber yang kuat. Tapi dibanding sejarahnya, keberadaan candi ini sudah terasa keunikan pembangunan di masa lampau bukan?