Jogja terkenal dengan berbagai destinasi wisatanya yang edukatif dan memberikan pengalaman unik, termasuk dalam bidang kuliner. Museum Cokelat Monggo adalah salah satu contoh wisata kuliner yang menggabungkan edukasi dan pengalaman.
Terletak di Jalan Tugu Gentong, Sribitan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, museum ini tidak hanya menjadi pusat informasi, tetapi juga merupakan tempat produksi dari cokelat terkenal di Jogja, Chocolate Monggo.
Museum Cokelat Monggo menjadi tujuan populer, terutama bagi rombongan anak-anak sekolah yang ingin belajar tentang proses pembuatan cokelat.
Museum ini menonjol dengan arsitektur khas Jawa, rumah Joglo, lengkap dengan iringan musik gamelan yang menambah suasana tenang dan menyenangkan.
Di dalam museum, pengunjung akan menemukan berbagai elemen budaya Jawa, seperti ilustrasi wayang dan kain batik yang menghiasi sudut-sudut toko dan museum.
Sejarah Berdirinya Chocolate Monggo
Chocolate Monggo, merek cokelat terkemuka di Indonesia, berawal dari inisiatif Thierry Detournay, seorang warga Belgia, pada tahun 2001. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas cokelat lokal di Indonesia.
Thierry merasakan berbeda dari cokelat asli yang biasa ia nikmati di negara asalnya, Belgia. Thierry bertekad untuk menciptakan cokelat dengan cita rasa autentik.
Thierry mulai bereksperimen dengan membuat cokelat pada skala kecil hingga akhirnya mendirikan Chocolate Monggo pada tahun 2005.
Alasan lain pendirian tempat ini adalah untuk memanfaatkan buah kakao berkualitas yang banyak tumbuh di Indonesia, dengan mengaplikasikan teknik pembuatan cokelat Eropa.
Ia memulai memasarkan cokelat buatannya, termasuk truffle dan cokelat tradisional, dengan berkeliling menggunakan vespa berwarna pink.
Strategi pemasaran unik ini dilakukan di sekitar SunMor Market dekat UGM dan Gereja Kotabaru, dengan produk cokelat terlarisnya saat itu adalah Kulit Cokelat dan Cacaomania.
Setelah sukses berjualan dengan Vespa di tahun 2005, Thierry membuka toko pertamanya di Kotagede pada tahun 2010, dengan tim yang telah tumbuh menjadi sekitar 80 pekerja, memproduksi 150 kg cokelat per hari.
Pada tahun 2015, Chocolate Monggo berkembang dengan membuka empat cabang, meningkatkan jumlah pekerja dan produksi cokelat.
Konsepnya Budaya Belgia-Jawa
Thierry, pendiri Chocolate Monggo, terkenal karena kecintaannya pada budaya Jawa. Ini terlihat dari nama produknya, “monggo”, yang dalam Bahasa Jawa berarti “silakan”.
Thierry terinspirasi menggunakan nama ini saat pertama kali datang ke Jogja, di mana ia disambut dengan hangat oleh masyarakat lokal yang sering mengucapkan “monggo” kepadanya.
Selain itu, istri Thierry adalah asli Jawa, yang semakin memperkuat keputusannya untuk memasukkan dan melestarikan elemen budaya Jawa dalam produk cokelatnya.
Oleh karena itu, dari bangunan hingga dekorasi, semuanya dipertahankan dengan nuansa Jawa, termasuk ukiran-ukiran.
Simbol jempol yang digunakan Chocolate Monggo bukan hanya melambangkan kata ‘monggo’ tetapi juga sebagai simbol optimisme, menandakan harapan agar bisnis cokelatnya akan terus berkembang dan sukses.
Museum Cokelat Monggo
Museum Cokelat Monggo, yang didirikan pada tahun 2017, merupakan inisiatif Thierry yang bertujuan tidak hanya untuk menjual cokelat, tetapi juga memberikan edukasi tentang cokelat kepada masyarakat khususnya Yogyakarta.
Museum ini didirikan untuk memberikan informasi tentang sejarah cokelat, perpindahannya ke Eropa, proses pengolahan kakao, dan metode pembuatan cokelat, termasuk di pabrik sendiri.
Museum ini menyajikan berbagai aspek, mulai dari sejarah cokelat, metode perkebunan kakao, sejarah Chocolate Monggo, hingga proses pembuatan produk mereka.
Museum di Jogja ini buka dari Senin-Kamis pukul 09.00-17.00 WIB, dan Jumat-Minggu pukul 09.00-18.00 WIB. Pengunjung juga dapat mencoba pengalaman mencetak cokelat sendiri.
Harga tiket masuk museum dan pabrik Cokelat Monggo adalah Rp 40.000, sedangkan untuk aktivitas mencetak cokelat biayanya Rp 15.000.
Selain tur museum dan pabrik, pengunjung dapat membeli cenderamata dari toko Chocolate Monggo dan menikmati waktu di kedai, yang menyajikan gelato dengan berbagai rasa, cocok untuk cuaca panas di Jogja.
Produk Chocolate Monggo
Chocolate Monggo membedakan dirinya dari cokelat lain melalui komposisi uniknya, menggunakan 100% cokelat murni. Produk mereka meliputi white chocolate (33%), milk chocolate (41%), dan dark chocolate (77%), dengan bahan alami seperti mentega kakao dan kakao massa.
Semua isian, termasuk kacang-kacangan, manisan, dan potongan pasta buah, diproduksi sendiri, termasuk biskuit. Chocolate Monggo terus mempertahankan kualitas dan rasa produknya, dengan lebih dari 40 varian rasa cokelat.
Produk terlaris mereka termasuk varian cashew, praline, dan hazelnut, serta beberapa varian unik seperti jahe, chili, dan rendang.
Tempat ini membedakan diri di Jogja dengan menggunakan 100% cocoa butter, menjaga konsistensi produk dari segi rasa, warna, dan kemasan, serta terus berinovasi dengan produk baru.
Di pasar offline, konsumen cenderung memilih cokelat dengan kandungan gula lebih tinggi, sedangkan pasar online lebih menyukai cokelat pahit yang lebih sehat.
Produk Chocolate Monggo dijual dengan harga Rp25.000 hingga Rp200.000, tergantung ukuran dan varian. Pengunjung juga bisa mencoba cokelat berdasarkan kadar manis pahitnya, mulai dari 58%, 69%, hingga 77%, untuk menentukan pilihan pembelian.
Itulah berbagai hal menarik seputar Museum Cokelat Monggo. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda dalam mencari destinasi wisata unik di Yogyakarta. Selamat menikmati liburan Anda!q