Makam Raja-Raja Imogiri, destinasi wisata ziarah yang sarat sejarah di Bantul, Jogja, dengan sentuhan misteri pada tangga makam Imogiri.
Harga Tiket: Gratis, Jam Operasional: 13.30–16.00 WIB, Alamat: Karang Kulon, Wukirsari, Kec. Imogiri, Kab. Bantul, DI Yogyakarta; Map: Cek Lokasi |
Makam Raja-Raja Imogiri adalah kompleks pemakaman yang ada di Bantul yang disebut juga dengan pesarean sebagai tempat peristirahatan Raja Mataram terdahulu dan keluarganya. Kompleks pemakaman ini terbagi menjadi 4 bagian, yaitu Kasultanagungan, Pakubuwanan, Kasunanan Surakarta, dan Kasultanan Yogyakarta.
Imogiri diambil dari dua kata utama, yakni Hima dan Giri. Hima berarti sebuah kabut, sedangkan Giri artinya Gunung atau Bukit. Jadi jika digabungkan, Imogiri memiliki arti kurang lebih kabut yang ada di pegunungan. Memang lokasi makam Raja-raja yang ada di Jogja ini terletak pada ketinggian perbukitan, sehingga pengunjung harus mendaki anak tangga terlebih dahulu.
Bukan tanpa alasan kenapa lokasi perbukitan atau pegunungan dipilih. Budaya, adat, serta kepercayaan pada masa itu sangat kental dengan agama Hindu. Salah satu kepercayaannya adalah semakin tinggi lokasi makam, semakin tinggi pula derajat dan wibawanya. Mereka percaya bahwa nenek moyang mereka bersemayam diatas ketinggian, terutama bukit dan gunung.
Daya Tarik yang Dimiliki Makam Raja-Raja Imogiri
Dikenal sebagai salah satu objek wisata religi dengan berbagai hal mistis, makam Raja-raja Imogiri memiliki banyak daya tarik yang unik. Sebagian orang yang pernah mengunjunginya mungkin merasakan aura angker selama di makam. Sebagian lain mungkin merasa tidak masuk di nalar mereka.
1. Sejarah Makam Raja-Raja Imogiri
Pesarean Raja Imogiri dibangun oleh Prabu Hanyokrokusumo yang merupakan Sultan Agung Mataram III. Pembangunan dimulai pada tahun 1632 sebelum Indonesia merdeka, tepatnya pada masa penjajahan Belanda. Tentunya tempat yang dipilih untuk makam tidaklah sembarangan karena ada cara unik tersendiri yang dianggap mistis sebagian orang.
Pemilihan tempat Makam Raja Imogiri terinspirasi ketika Prabu Hanyokrokusumo melaksanakan ibadah haji di Mekkah. Kala itu beliau memang sudah merencanakan pembangunan makam untuk mengenang jasa leluhur dan sekaligus menghormati mereka. Setelah melakukan lempar jumroh dengan batu kecil, dapatlah ide untuk memilih tempat makam.
Sesampainya di Jogja, beliau kemudian melemparkan sebuah batu kecil. Tujuannya adalah, dimana pun nantinya batu itu berhenti, di situlah makam Raja-raja Imogiri akan dibangun. Ada pula cerita yang menuturkan bahwa Prabu Hanyokrokusumo melempar sebuah tanah yang dibawa dari Mekkah dan kemudian berubah menjadi bukit Imogiri.
2. Misteri Tangga Makam Imogiri
Dibangun diatas perbukitan, tentu anda harus menaiki anak tangga supaya bisa sampai ke makam. Setiap anak tangga dibangun dengan jarak sangat dekat, tujuannya untuk memudahkan pengunjung yang menggunakan pakaian adat ketika berziarah ke makam Raja-raja Imogiri. Uniknya, setiap orang yang menghitung anak tangga tersebut menemukan angka yang berbeda.
Inilah yang menjadi misteri yang hingga saat ini masih belum terpecahkan, baik alasannya maupun kebenarannya. Namun yang jelas, ada sebuah anak tangga warna hitam dan berbeda dengan anak tangga lainnya. Konon, anak tangga berwarna hitam tersebut merupakan bagian tubuh dari Tumenggung Endronoto yang dihukum pancung karena berkhianat.
3. Keunikan Bangunan Makam
Daya tarik makam Raja-raja Imogiri berikutnya adalah dari arsitektur bangunan. Seperti yang dikatakan sebelumnya, pada masa itu masih kental dengan budaya Hindu, jadi sangat jelas terlihat perpaduan budaya Islam dan Hindu. Pembangunan sendiri dipimpin langsung oleh Kiai Tumenggung Citrokusumo.
Batu bata merah adalah bahan utama dari setiap bangunan yang menghiasi lokasi makam. Uniknya, batu tersebut tidak direkatkan dengan semen seperti pembangunan saat ini. Kemungkinan saat itu adalah dengan metode Kosod, yakni dengan cara menggesekkan kedua permukaan batu sambil diberi sedikit air hingga mengeluarkan cairan pekat.
Kalau saat ini metode tersebut tidak lagi bisa digunakan karena bahan untuk membuat batu bata sendiri sudah berbeda dengan dulu. Ketika menaiki tangga, anda disambut dengan tiga gapura dengan desain yang berbeda. Pertama adalah gapura Supit Urang yang merupakan area publik makam Raja-raja Imogiri.
Gapura kedua dikenal dengan Paduraksa yang memiliki atap dengan ornamen sayap di kedua sisinya. Terdapat makna dari penggunaan kedua sayap tersebut, yakni melambangkan burung yang terbang sebagai filosofi keluarnya arwah dari raga. Sedangkan yang terakhir adalah area sakral yang dikenal dengan Kedhaton, dimana semua pengunjung harus mengenakan pakaian adat ketika memasukinya.
4. Terdapat Gentong Keramat
Ketika anda menaiki tangga menuju makan utama, terdapat 4 gentong besar yang dikenal dengan nama Padasan. Gentong ini tepatnya berada di gapura utama makam Raja-raja Imogiri, atau yang dikenal Supit Urang. Konon, gentong tersebut didapat dari sahabat kerajaan dari Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma di Turki.
Beliau menggunakannya sebagai tempat wudhu sebelum berangkat Sholat Jumat di Mekkah. Saat itu memang Prabu Hanyakrakusuma dipercaya memilki ilmu Jayakawijaya sebagai sarana teleportasi menuju satu daerah ke daerah lainnya dengan cepat. Selain gentong, banyak pula benda pusaka peninggalan raja terdahulu yang disimpan dengan rapi.
Alamat dan Rute Menuju Lokasi
Makam Raja-raja Imogiri terletak di Desa Girirejo dan Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari Keraton Yogyakarta, jarak yang harus ditempuh sekitar 16 kilometer dengan waktu sekitar 30 menit. Tidak sulit menemukan makam yang dianggap keramat oleh sebagian besar warganya ini.
Dari Jogja, silahkan menuju ke Kabupaten Bantul dan kemudian mengarah ke Terminal Giwangan. Dari terminal, silahkan lurus hingga bertemu Jalan Imogiri Selatan. Anda akan menemukan pertigaan setelah jarak sekitar 20 kilometer. Dari titik ini ada banyak papan petunjuk yang bisa anda jadikan panduan hingga tiba di lokasi.
Harga Tiket Masuk dan Jam Operasional
Sebagaimana wisata religi pada umumnya, makam Raja-raja Imogiri tidak memberlakukan harga tiket masuk. Hanya saja ada kotak amal yang diletakkan di beberapa sudut strategis bagi pengunjung yang ingin menyumbangkan kelebihan uangnya. Tidak wajib, namun tetap disarankan mengisi seikhlasnya untuk perawatan makam.
Apabila anda datang menggunakan kendaraan bermotor, maka diwajibkan membayar retribusi parkir sebesar 2.000 untuk motor dan mobil 5.000 rupiah. Objek wisata religi di Jogja ini dibuka setiap hari kecuali di bulan Ramadhan. Tetapi ada saatnya pengunjung membludak dan memadati area sekitar makam, biasanya pada malam Jumat dan bulan Syawal.
Aktivitas yang Menarik Dilakukan
Makam Raja-raja Imogiri tidak memiliki aktivitas bersenang-senang seperti halnya objek wisata lainnya. Wajar saja karena memang sebuah tempat wisata religius, jadi kebanyakan aktivitasnya tentu yang berhubugan dengan religi.
Berziarah Mendoakan Raja-raja Imogiri
Setiap orang yang berkunjung ke makam suci Imogiri memiliki tujuan yang berbeda. Ada beberapa orang yang bertujuan untuk mendapatkan berkah supaya dimudahkan segala urusannya. Ada pula yang ingin menjadi kaya seperti halnya meminta pesugihan. Tetapi tujuan yang paling disarankan yakni berziarah dengan tujuan baik, seperti mendoakan raja terdahulu dan mengenang jasanya.
Mengikuti Ritual Rutin
Aktivitas berikutnya adalah mengikuti ritual rutin yang diadakan setiap tahunnya. Dalam satu tahun, setidaknya ada 3 acara yang wajib digelar di makam Raja-raja Imogiri, yaitu Sya’ban (Ruwah), bulan Muharram (Suro), dan hari berdirinya Kesultanan Mataram. Setiap perayaan memiliki ritual yang berbeda dan cukup menarik diikuti.
Di Bulan Muharram, perayaan dilakukan dengan ritual pencucian gentong keramat dan sekaligus mengisinya kembali. Lain halnya ketika di Bulan Sya’ban yang dirayakan dengan mengadakan doa bersama untuk para leluhur. Sedangkan untuk berdirinya Kesultanan Mataram diadakan ritual wejangan sesaji yang bebas diikuti semua warga atau pengunjung.
Belajar Sejarah Kerajaan Yogyakarta
Ketika anda berada di dalam makam Raja-raja Imogiri, ada pemandu yang disebut sebagai penjaga makam atau yang lebih dikenal Juru Kunci. Mereka tahu akan sejarah berdirinya kerajaan Mataram dan bagaimana perjuangan raja-raja terdahulu. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya menanyakan hal yang terkait sejarah kepada mereka.
Mengambil Air dari Gentong Keramat
Gentong keramat yang berjumlah empat buah di gapura pertama akan dibersihkan dan diisi pada bulan Muharram. Gentong tersebut hanya diisi satu kali dalam setahun yang bertepatan dengan ritual tersebut. pengunjung yang datang dipersilahkan mengambil sedikit airnya untuk dibawa pulang.
Ada yang beranggapan bahwa air dari gentong atau Padasan tersebut memiliki berbagai khasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit. Namun tentunya anggapan tersebut kembali kepada diri masing-masing. Jika anda tertarik, silahkan mengambilnya satu botol kecil, jangan lupa untuk mengisi kotak amal.
Fasilitas yang Tersedia di Kawasan Wisata
Meskipun hanya sebuah objek wisata religi, faktanya makam Raja-raja Imogiri menyediakan berbagai fasilitas pendukung bagi pengunjung yang datang. Lahan parkir cukup luas selalu menjadi tempat penyimpanan sementara yang aman untuk kendaraan. Ada pula toilet yang tersebar di beberapa titik di setiap kompleks makam.
Tidak sulit menemukan mushola di sekitar lokasi makam, karena pada umumnya warga setempat beragama Islam. Fasilitas lainnya adalah warung yang menempati titik strategis diluar makam. Untuk tempat duduk pun ada, meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak. Apabila anda ingin bertanya lebih jauh mengenai sejarah makam, silahkan tanyakan pada juru kunci yang juga termasuk fasilitas informasi.
Dengan usianya yang mencapai ratusan tahun, makam Raja-raja Imogiri menjadi saksi kejayaan dan pasang surutnya kerajaan Mataram kala itu. Kompleks pemakaman ini juga menjadi bukti bahwa Yogyakarta selalu bersatu dalam satu pemerintahan, meskipun ibukota kerajaan sempat berpindah berkali-kali.